AI VS KOREA SELATAN



Launching ChatGPT November lalu mengawali perlombaan untuk dominasi kepandaian bikinan (AI) antara raksasa tehnologi global. Keutamaan perlombaan ini tidak lenyap dari kemampuan besar dunia, yang makin tempatkan dominasi tehnologi di pusat peraturan industri nasional. Pertanyaan di pikiran beberapa orang ialah negara atau perusahaan yang mana pada akhirannya akan berkuasa.

Sekarang ini, Korea Selatan nampaknya ada dalam posisi yang jelek untuk manfaatkan tehnologi AI. Pertama, pengeluaran riset dan peningkatan (R&D) dalam negeri terlampau terpusat untuk memberi imbas awalnya di bagian AI. Dengan begitu, negara ini kemungkinan akan memburu ketinggal untuk beberapa tahun kedepan. Ke-2 , pemerintahan peraturan positif dalam negeri akan menghalangi pembuatan bidang dan perusahaan baru yang bisa menyerap tenaga kerja saat diganti oleh komputerisasi.

Sekarang ini, pemerintahan Korea Selatan lakukan tugas yang pantas disanjung dalam menyumbang beberapa dari PDB untuk R&D yang sama dengan beberapa kompetitornya. Berdasar data tahun 2019 dari US National Science Foundation, sisi pemerintahan dari keseluruhan permodalan R&D di Korea Selatan ialah 20,7 %. Ini dibanding 21 %, 20,5 % dan 14,7 %, masing-masing di Amerika Serikat, China dan Jepang. Sudah pasti, karena ukuran ekonomi Korea Selatan, jumlah dananya tidak berapa bila dibanding. Pemerintahan Korea Selatan belanjakan nyaris $70 miliar semakin sedikit dibanding Jepang, walaupun pemerintahan Jepang belanjakan lebih sedikit dalam prosentase.

Menambahkan minimnya permodalan pemerintahan agregat ini ialah fokus pengeluaran litbang oleh bidang dan perusahaan. Menurut database R&D Perusahaan Usaha Analitik dari OECD, nyaris 86 % R&D di Korea Selatan dihabiskan di bidang manufacturing di tahun 2021. Jumlah ini capai 57,1 triliun won ($4,32 miliar) dari 80,8 triliun won dalam pengeluaran R&D perusahaan usaha. Sekitar 49,3 % dari keseluruhan pengeluaran R&D perusahaan, sekitaran 39,9 triliun won, dihabiskan untuk kelompok piranti keras computer, produk electronic dan optik, sedangkan cuma 2,87 triliun won atau 3,5 % dari pengeluaran didistribusikan untuk penerbitan piranti lunak. Menurut Index AI Kampus Stanford, sektor paling atas untuk investasi swasta di AI di tahun 2022 ialah klinis dan perawatan kesehatan, management, pemrosesan, cloud, dan financial technology. Korea Selatan'

Dalam perbedaan negara, pengeluaran perusahaan usaha untuk produk computer, electronic dan optik ialah sekitaran 12 % di Jerman, 17 % di Jepang, 18 % di Amerika Serikat, dan 16 % di Cina. Salah satu kompetitor paling dekat yang semakin lebih terpusat dari Korea Selatan di bidang ekonomi ini ialah Taiwan dengan 78 %. Ini bermakna beberapa kompetitor Korea Selatan sudah membagikan pengeluaran R&D mereka yang memungkinkannya semakin banyak bidang ekonomi untuk secara prospektif mengeksploitasi dan mengaplikasikan penyesuaian dan implementasi tehnologi AI dengan kecepatan yang semakin lebih cepat serta lebih irit ongkos.

Selainnya fokus R&D, tambahan tehnologi AI akan mengusik tenaga kerja dan akan makin gantikan karyawan di beberapa tugas. Ini tidak dapat dipermasalahkan. Dalam makalah inovatif mereka tahun 2013 "Saat Depan Ketenagakerjaan: Berapa Rawan Tugas pada Komputerisasi?" Sarjana Kampus Oxford Carl Frey dan Michael Osborne mengaitkan jika 47 % dari keseluruhan tugas AS beresiko komputerisasi. Karena ekonomi Korea Selatan serupa dalam beberapa hal dengan Amerika Serikat, sedikit ada argumen untuk mengaitkan jika jumlah tenaga kerja Korea Selatan tidak hadapi resiko yang serupa. Harus diingat, Frey dan Osborne menarik ringkasan mereka 9 tahun saat sebelum ChatGPT dibuka untuk umum.

Meski begitu, banyak pembikin peraturan dan simpatisan tehnologi di penjuru dunia mengeklaim jika semakin banyak tugas akan terbentuk karena tehnologi seperti AI membuat keperluan baru. Anggapan ini harus ditelaah ulangi dalam kasus Korea Selatan.

Pengeluaran R&D Korea Selatan yang terpusat dan kekuatan resiko pada tenaga kerja bertabrakan saat kami pertimbangkan jika Korea Selatan jalankan mekanisme ketentuan yang positif - sebuah mekanisme di mana semua usaha ekonomi baru harus disepakati oleh regulator pemerintahan saat sebelum diaplikasikan. Negara perlu belanjakan semakin banyak untuk R&D dan membagikan uang itu lebih luas untuk bereksperimen dan membuat semakin banyak bidang dan perusahaan ekonomi baru.

Kreativitas baru ini kemungkinan tawarkan lapangan pekerjaan untuk mereka yang terlantar karena masalah AI. Tetapi, birokrasi negara yang bekerja di dalam lingkungan ketentuan yang positif kemungkinan akan merintangi pembuatan bidang ekonomi baru karena kekuatan masalah pada barisan kebutuhan yang telah mengakar. Maka dari itu, negara akan mempunyai sistem terbatas untuk menyerap makin bertambah tenaga kerja yang mempunyai potensi tergusur oleh tehnologi AI.

Ekonom populer John Maynard Keynes kerap memperkirakan jika penghematan tenaga kerja akan melewati penemuan manfaat anyarnya. Ini kemungkinan terjadi dengan AI. Saat ini terjadi di dalam lingkungan ketentuan yang positif, ini menjadi musibah besar untuk tugas. Pembikin peraturan dan pimpinan perusahaan Korea Selatan harus selekasnya mengubah berarti, bila Korea Selatan ingin menangani badai AI.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "AI VS KOREA SELATAN"

Post a Comment